SADAR DAN BELAJAR PADA TOKANG
NAE’ LA’ANG[1]
Oleh: fawaid zaini*
Menghilangkan penat atau kita kenal dengan refresing merupakan satu kegiatan yang
disenangi oleh banyak orang apalagi orang tersebut termasuk orang yang kerjanya
full satu minggu termasuk juga dalam hal ini dialami oleh penulis,
Pada hari Minggu tanggal 09 September 2013
sebagaimana layaknya orang yang kerja full maka mencari tempat yang indah
menjadi pilihan utama , untuk saat ini penulis tidak pergi
ketempat indah seperti pantai atau bukit akan tetapi pergi ke sawa dimana di
tempat tersebut banyak orang yang sedang memanjat pohon siwalan.[2]
Disela-sela menyaksikan para pemanjat pohon
penulis melihat ada satu orang yang secara umur masih muda untuk pekerjaan
seperti itu, dari itulah membuat penulis tertarik untuk mendatanginya serta
berbicara dengan pemanjat muda itu. Akhirnya niat penulis terkabulkan dengan
melewati beberapa sawah untuk sampai pada pemuda itu.
“ sanapa
bikki’ nae’ anna sampean”[3] penulis awali dengan pertnyaan tersebut, dengan
ramah pemuda mengakatakan bahwa dia hanya mempunyai enam pohon siwalan. Dengan
bermakasud ingin tahu yang tinggi penulis bertanya kembali “ sampean ta’ tako’ labu gi mon nae’ tinggina kadia neka?”[4] dengan entengnya pemanjat
pahon itu merespon bahwa “sengko’ labiasa
nae’, ban poleh nae’ tarebung rea pajat kodhu bangal otaba yakin ja’ aba’na
maste bisa dapa’ ka atas. Soalla mon la tako’ ka ada’ ta’ kera nae’-nae’ ja’ ”[5]
Dari sekilas percakapan pendek penulis dengan
pemanjat pohon itu ada hal yang cukup menarik penulis untuk mencoba di tuangkan
dalam tulisan ini, yaitu percaya diri yang tinggi dan sebuah kebiasaan yang
berujung pada sebuah kesuksesan.
Diakui atau tidak terkadang pola pikir kita jauh
kalah dengan para petani dalam mengambil suatu kesimpulan, malah yang ada
sering kita khawatir atas apa yang kita akan ambil, padahal kita belum
menjalani sebuah proses. Dalam diri kita ada perasaan takut gagal,takut
dijelek-jelekkan dan lain sebagainya, yang sehingga dengan keragu-raguan itulah
membuat otak kita penat dan tidak bisa mencarikan jalan keluar. yang ada kita terus berkutik di ranah ,
kalau…..kalau…kalau dan seterusnya , kita terus dibelenggu oleh pikiran kita sendiri.
Dalam hal ini dijustifikasi oleh Muhammad Nazhif Masykur dalam bukunya LIVING SMART bahwa banyak diantara kita yang ragu dalam
membuat suatu pekerjaan, letak masalah bukan pada kemampuan dan bahan atau
perlengkapan yang dibtutuhkan, akan tetapi letakak masalah justru ada pada
pikiran yang sudah membuat penilaian sebelum tindakan dilakukan.
Memang kita harus merencankan serta mengantisipasi
kesalahan-kesalahan dalam mengambil tindakan dalam hal ini kita tahu dengan
istialh planning, karena pada ranah
inilah sebagai langkah awal untuk mencapai sukses akan tetapi tidak sedikit diantara
kita malah berhenti di planning saja atau lebih tepatnya hanya bisa
merencakanan tanpa mencobanya dengan
tindakan atau action. Nah inilah yang tidak tepat, kita terlalu banyak konsep tapi belum pernah
mencobanya. Apalagi terkadang kita kita sudah memberi penilaian sebelum proses
itu dijalani.
Ketika kita terus berada pada wilayah ini maka
siap-siaplah menajdi orang yang kerjanya hanya nampa cangkem (red Madura), dalam hal ini Muhammad
Nazhif Masykur menambahkan pernyataannya dihalaman ke 89 bahwa segala sesuatu
menjadi lebih mungkin jika dikembangkan usaha untuk menjalaninya, tanpa adanya
usaha maka kemungkinan akan tertutup, karena berusaha adalah kunci pembuka
kemungkinan.
Sehinga percaya diri merupakan suatu hal yang
harus kita tanamkan dalam benak kita karena ini merupkan power dalam segala tidankan yang akan kita ambil untuk merai sukses atau
berhasil. Umar Bin Khaththab bernah
berkata bahwa “ janganlah mengecilkan
semangatmu, sesungguhnya aku tak pernah diam dari hal-hal yang dibenci, yaitu dari orang
yang kecil semangatnya”
Dalam hal ini dapat juga kita lihat historis yang terjadi pada ibunda Nabi Musa yang pada
waktu itu dengan percaya diri yang
tinggi beliau menghayutkan Nabi Musa ke sungai Nil, sebagai mana Allah
berfirman dalam surah Al-Qashash (28): 7 yang artinya “ dan kami ilhamkan kepada ibu musa,” susuilah ia dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah ia ke dalam
sungai Nil. Dan janganlah kamu khawtir dan jangan (pula) bersedih hati, karena
sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamy, dan menjadikannya (salah
seorang) dari para rasul.
Oleh karena itu tanamkanlah dalam diri kita bahwa
kita tidak diciptakan untuk menjadi orang yang gagal atau kalah, akan tetapi
kita telah dicipkana oleh ALLAH sebagai wakil dimuka bumi untuk memberikan
kemajuan dan kesejahteraan, sehingga bercita citalah yang besar dan berpikir
maju, dan ingatlah bahwa Allah mencipatakan kita (manusia) dengan sempurnah dan
sebaik baiknya makhluk.
*adalah
mahasiswa yang baru diwisuda pada bulan September 2013, dan sekarang
mengabdikan diri di MA AL KARIMIYYAH, MA TAUFIQURAHMAN DAN STIA SUMENEP
Longos, 03 september 2013
[1] Pemanjat pohon siwalan
[2] Pohon siwalan adalah pohon
yang dapat menghasilkan gula merah
[3] Berapa jumlah pohon yang
kamu akan naiki
[4] Kamu tidak takut jatuh
memanjat pohon setinggi ini
[5] Saya sudah biasa memanjat
dan juga memanjat pohon siwalan memang harus berani dan yakin bahwa dirinya
bisa sampai pada ketinggian tersebut, soalnya jika takut yang dikedepankan maka
kita tidak bisa naik-naik.
Posting Komentar