Latest Movie :

MENGURAI MAKNA TANEYAN LANJHANG

-->
MENGURAI MAKNA TANEYAN LANJHANG
Oleh Fawaid Zaini*
Sebagai bagian dari wilayah  di Indonesia yiatu pulau Madura, pulau ini terdiri dari empat Kabupaten (Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan yang paling timur adalah Sumenep), letak pulau madura  terletak di timur laut pulau jawa dengan koordinat sekitar 7° lintang selatan dan antara 112° dan 115° bujur timur. Sedangkan panjang pulau Madura kurang lebih 190 km jarak terlebar 40 km. dan luas secara keseluruhan 5.304 km (De Jonge,1989).
Sebagaimana wilayah lain Madura mempunyai budaya atau tradisi yang tak kalah sakralnya khususnya Madura pedesaan, sebagai contoh bentuk pemukiman, bentuk pemukiman di Madura sebagaiman dikatakan oleh A. Latief Wiyata (2006 ) ada Kampong Mejhi dan taneyan lanjhang.
Kampong mejhi adalaha kumpulan-kumpulan atau kelompok-kelompok pemukiman penduduk desa yang satu sama lain saling terisolasi. Jarak antara satu pemukiman dan pemukiman yang lain yang jaraknya sekitar satu sampai dua kilometer, keterisolasian kelompook pemukiman ini menjadi semakin nyata oleh adanya pagar dari rumpun bambo yang sangaja ditanam di sekelilingnya.
Sedangkan taneyan lanjhang yang banyak ditemukan di kabupaten sumenep adalah merupakan pola pemukiman yang berbentuk panjang dari barat ketimur sebagaimana posisi semua rumah tradisional yang lain – menurut urutan kelahiran anak perempuan dari keluarga yang bersangkutan anak pertama menempati urutan pertama begitu seterusnya, dengan dapur di depan rumah menghadap ke utara tau berhadap hadapan dengan rumahnya masing-masing.  Apabila dilihat dari sejarah dan susunan keluarga yang bermukim didalamya hanya dibangun oleh satu keluarga yang memiliki banyak anak perempuan.
Ciri dari pemukiman taneyan lanjhang ini merupakan ciri khas arsitektur yang kaya akan adat tradisi Madura yang ketat mengusung nilai dan sistem kekerabatan. Sehingga susunan taneyan lanjhang adalah salah satu contoh hasil olah budaya yang lebih didasarkan pada makna yang mendasari pola pemikiran masyrakatnya.
D. Zawawi Imron (Survey Primer 2008) mengatakan bahwa pemukiman taneyan lanjhang merupakan konsep bermukim yang mengacu pada kekerabatan yang mengandung ajaran untuk memberikan eksistensi pada perempuan.
Dari struktur formasi dan dasar pembentukan pola pemukiman taneyan lanjhang, tampak jelas bahwa dalam ideologi keluraga Madura anak perempuan memperoleh perhatian dan proteksi secara khusus dibandingkan anak laki-laki.
Hal ini bisa kita lihat mayoritas orang tua selalu menghendaki anak perempuan untuk selalu tinggal bersama keluarganya dalam artian walaupum sudah menikah entah suaminya mempunyai kekayaan yang lebih baik dari istrinya atau sederajad akan tetapi harus tetap tinggal bersama mertua yang telah menyediakan rumah untuk anak perempuan. Karena secara kultural dengan adanya sistem perkawinan kombinasi anatara uksorilokal dan matrilokal telah menuntut orang tua berkewajiban membuatkan rumah bagi setiap anak perempuan yang dilahirkan.
Berdasarkan ulasan di atas, dapat dikatan bahwa pola pemukiman taneyan lanjhang dan formasi strukutur bangunan rumah tradisonal pada umumnya yang secara kultural memberikan perhatian serta proteksi secara khusus terhadap perempuan, sehingga kaum perempuan akan merasa aman dan nyaman dalam lingkungan sosial budaya Madura.
Disamping apresiatif terhadap kaum perempuan dengan pemukiman seperti ini dalam ranah  pergaulan orang Madura terlihat mempunyai pergaulan yang sangat erat antar keluarga maupun antar tetangga. Sehingga jika ada satu keluarga yang mempunyai problem baik itu yang berkaitan dengan pelecehan kehormatan istri atau yang lainnya maka semua kelurga tersebut tanpa disuruh mengikut sertakan diri dalam penyelesaian baik selesai dengan cara damai atau berahir dengan kekersan yaitu carok. Kita kenal dengan adogium lokana daghing bisa ejhai’, lokana ate tada’ tambhana kajhabana ngero’ dara  dari agogium ini jelas merefleksikan bahwa harga diri adalah taruhan hanyawa.
Oleh karena itu dengan sistem tersebut dapat juga  menuai rasa solidaitas antar sesama  yang  sunguh sangat kental. Sehingga lagu gambus yang sempat menjadi perhatian banyak orang Madura dengan judul reng Madura gha ogha tidak sepenuhnya salah pasalnya realitas dilapangan hal tersebut memang terjadi atau penilaian itu objektiv. Dimana jika berubungan dengan masalah solidaritas dan apresiatif terhadap keluarga(istri) orang Madura adalah nomor satu.

*adalah mahasiswa semester tujuh jurusan Manajemen Pendidikan Sekolah Tinggi Islam Al Karimiyyah Beraji Sumenep, asala desa Longos.
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

26 November 2017 pukul 08.30

Sip

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Fawaid Zaini Aisyah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger