PESANTREN
PELOPOR PENDIDIKAN BERKARAKTER
Dalam
pandangan historis lembaga pendidikan tertua di Indonesia dank has nusantara
adalah pondok pesantren, lembaga ini bukan serta merta bangkita dan langsung
berkembang sekaligus dapat pengakuan di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya
sebelum islam masuk dan memperkenalkan pesantren terlebih dahulu mereka
mengenal budaya atau agama non islam.
Pesantren merupkan proses akulturasi damai antar ajaran islam yang dibawah oleh
para wali songo dan pedagang dengan
budaya asli (indigenous culture)
bangas Indonesia yang bersumber dari agama Hindu dan Buddha. (KH. Tdijani
Dhuhairi.2008:80)
Keberadaan
pesantren ditengah-tengah masyarakat Indonesia cukup cepat merambat lebih
progresif, setelah mendapat ruang dan waktu. Hal itu bisa dilahat dari
kuantitas dan kualitas santrinya. Sehingga dalam perkembanganny ada pesantren
salaf/tradisional, semi moderent,kombinasi dan moderent (Zamansyari Dhafir) dengan banyak model pesanten
itu sejauh ini pesantren tidak pernah berkurang
bahkan yang terjadi di
daerah-daerah terpencil telah muncul lembaga pesantren dan model yang berbeda
pula. Melihat begitu kuatnya melihat
begitu kuatnya akar peasantren di masyarakat ada bebrapa tokoh mengajukan teorinya
antara lain Horiko Hori koshi
menyabutkan bahwa pesantren sebagai agent of change, Clifford Geertz menyebutkan
sebagai cultural broker, Munandir
Soelaiman menyebutkan sebagai katalisator terjadinya suatu situasi dan
pesantren sebagai stabilisator sebagaimana dikatakan oleh Atho’ mudzhar. (Afif Hasan.2010 :129)
Dilihat
dari pembelajaran yang terjadi di pondok pesantren dalam hal ini materi yang diajarkan lebih menititk beratka pada
pengembangan spiritualitas atau dengan kata lain di pondok pesantren santri
belajar banyak ilmi-ilmu keagamaan, seperti kitab yang paling mendasar adalah
kitab ta’limul Muta’allim,Nahwu,Syarraf
dan banyak lain kitab-kitab (kuning) yang dipelajarinya. Tentunya materi
pelajaran di pesantren ada relevansinya dengan dengan kebutuhan masyarakat.
Pasalnya selepas mondok kebanyakan santri mengekspansi ilmuny pada masyarakat
sekitar bahkan sampai ada yang didaulat sebagai tokoh masyarakat.
Dari
pembelajaran dipesantren untuk sekarang ini yang masih kental adalah
mengembangkan sistem pendidikan sorogan,wetonan
dan bandongan. Sehingga belajar tidak harus didalam kelas bisa jadi
diseranbi masjid bahkan ada yang dilapangan pondok yang temaptnya sejuk. Yang
kesesuanya itu akan menciptakan karakteristik yang menyertainya pola
kesederhanaan, kesopanan dan lain-lain.
Satu
hal yang mungkin cukup menarik untuk kita lirik yaitu gaya hidup dalam
pesantren. Semua santri baik yang kaya maupun yang miskin semuanya merasakan
akan kebersamaan dalam menjalani hidupnya,dalam hal ini seperti nanak bareng
ala kadarnya, tidur tanpa bantal atau kasur,mandi satu tempat, tidak ada
diskriminasi tempat. Sehingga dari itu lambat laun akan tercipta dalam benak
santri nilai-nilai kebersamaan,tanggung jawab bersama dan mandiri, dan akhirnya
dari kebiasaan-kebiasaaan itu membentuk suatu karakter yang tentunya karakter
tersebut didasari atas kitab-kitab (kuning) yang telah dipelajari,seperti
contoh kecilnya ta’limul mutaallim.
Karakter
dalam kamus bahasa Indonesia berate sifat-sifat kejiwaan,akhlaq,atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dan juga Erich Fromm
seorang filosof handal dan pakar pikoanalisis keliber internasional menyatakan
bahwa karakter adalah alsan-alasan motivasi yang disadari atau tidak,mengapa
seseorang melakukan tindakan-tindakan tertentu. Fromm membedakan sifat-sifat
karakter (the character traits) dan
sifat-sifat perilaku (the behavioral
traits). Erik fromm berpendapat bahwa hakikat karakter harus dicari dalam
corak hubungan seseorangt dengan lingkungannya,benda (asimilasi),maupun manusia
(sosialisasi),produktif atau tidak.
Oleh
karena itu jika kita lihat pada proses KBMnya, gaya hidup santri,dan hal yang
sangat membenarkan adalah posisi santri pada kiainya dan ustadznya.maka benar
apa yang dikatakan oleh Salman Faatin tujuan pendidikan islam atau saya korelasikan
dengan pesantren dapat digunakan sebagai dasar untuk membentuk karakter:
iman,taqwa,akhlaq,ilmu dan teknologi, karena hal ini terkait dengan tiga inti
ajaran islam yaitu Aqidah,Syariah, dan Akhlaq.
Longos
01 November 2011
Posting Komentar