DISKRIMINASI
PTAIN TERHADAP SISWA SMA&MA
Oleh Fawaid Zaini
Memasuki Semester Genap Tahun ini seluruh kampus
baik itu Negri atau Swasta dari berbagai Jurusan sudah tanpak berlomba-lomba
memasarkan kampus masing-masing agar nantinya calon Mahasiswa yang mendaftar
juga membeludak. Ini terjadi ditempat penulis pengabdikan diri sejauh ini kurang lebih lima kampus yang sudah
meminta ijin pada waka kurikulum untuk bersosialisasi kepada siswa kelas akhir
akan kampus mereka masing-masing. Serta
membawa brosur yang sangat menawan.
Kegiatan seperti ini tentu merupakan sarana dalam
memasarkan kampus mereka sekaligus mengajak kelas akhir untuk menempuh Pendidikan
Tinggi dikampus mereka. Untuk tahun ini seleksi penerimaan calon mahasiswa yang
akan kuliah di UIN/IAIN/STAIN dilakukan serentak Se-Nasional, sehingga
kecerdikan dalam menarik perhatian calon mahasiswa itu sangat berperan penting.
Sebagaimana berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, Dan
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 34 tahun 2010 Tentang Pola
Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada Perguruan Tinggi yang
diselenggarakan oleh pemerintah, ditetapkan bahwa pola penerimaan mahasiswa
baru pada UIN/IAIN/STAIN di Indonesia dilakukan secara nasional dan bentuk
lain.(buku panduan SPAN-PTAIN & UM-PTAIN 2014)
Untuk tahun 2014 ini seleksi penerimaan mahasiswa
baru dilakukan dengan dua model yaitu Seleksi Prestasi Akademik Naional Perguruan
Tinggi Agama Islam Negri (SPAN-PTAIN) dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Agama
Islam Negri (UM-PTAIN). Untuk SPAN-PTAIN dimulai pendaftaraan untuk tahun ini
pada tanggal 18 Februari hingga 30 April 2014. Sedangakan UM PTAIN pada tanggal
6 Mei hingga 20 Juni 2014.
Dengan model yang seperti ini tentu satu sisi
memberikan kesempatan kepada siswa diseluruh Indonesia untuk mengikuti tes
masuk Perguruan Tinggi, tidak kenal Ras, Jenis Kelamin,Miskin atau Kaya artinya
dari lapisan apa saja mempunyai kesempatan untuk masuk. Di sisi lain terdapat
ketidak adilan yang terselubung dalam mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi khususnya
di UIN/IAIN/STAIN,
Diantara ketidak adilan tersebut adalah pertama
siswa yang lulus tahun 2013 tidak mempunyai kesempatan dalam mengikuti seleksi
SPAN-PTAIN & UM PTAIN, ini tentau sangat mengecewakan bagi sekolah yang ada
dibawah naungan pesantren yang sedang melaksanakan peraturan siswa yang lulus
harus mengabdi selama satu tahun, sistem yang seperti ini tidak sedikit yang
melaksanakannya, karena pengabdian tersebut dinilai sangat penting bagi
santri dalam mendapatkan barokah dari
pesantren.
Disinilah akan terjadi tarik menarik antara mengejar
tes masuk perguruan tinggi dengan mendapatkan barokah dari pesantren. Penulis
berasumsi mengabdi merupakan alat dalam pematangan akan niai-nilai
kepesantrenan dan nilai afektif sebagaimana disekolah ditekankan, yang saat ini
mulai luntur atau bisa dikatakan ujud tapi tidak berujud, siswa sekarang lebih ditekankan pada ranah kognitif.
Yang dua adalah bagi siswa yang tidak mempunyai Nomor
Induk Siswa Nasional (NISN) tidak bisa ikut seleksi ini. Diakui atau tidak
bahwa dilapangan masih ada siswa yang hingga saat ini masih belum mempunyai
NISN hal yang menjustifikasi ini adalah ketika penulis mengikuti sosialisasi
seleksi penerimaan mahasiswa yang dilaksanakan di salah satu kampus bergensi di
Madura yaitu STAIN pada tanggal 17 Februari 2014, ternyata masih banyak siswa
yang tidak mempunyai NISN terutama sekolah-sekolah yang secara geografis jauh
dari kota (desa).
Yang ketiga jika dalam seleksi dua jalur tadi sudah
mencapai kouta dari kampus masing-masing maka tidak akan ada lagi ujian masuk
secara regular sebagaimana yang tahun-tahun sebelumnya menjadi alternatif bagi
mereka yang tidak lulus tes secara nasional.
Sementara jika masih ada biaya masuk perguruan
tinggi melambung tinggi apalagi seperti Fakultas Kesehatan baik Keperawatan,Kebidanan,
Farmasi Dan Kedokteran, yang tentu orang miskin tidak ada kesempatan untuk
masuk perguruan tinggi, itupun jika masih ada kouta jika tidak maka akan banyak
pengangguran yang sengaja dilakukan secara laten oleh Negara sendiri dan juga
sangat bertentangan dengan tujuan mulia dari Negara dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Itu diatas tiga dari ketidak adilan dari banyak
ketidak adilan yang lainnya dalam seleksi
penerimaan mahasiswa baru khususnya yang mau masuk di UIN/IAIN/STAIN,
diseluruh Indonesia pada tahun 2014 ini.
Oleh karena itu penulis berharap ketidak adilan yang
pertama dan kedua perlu ditinjau ulang, karena hal tersebut sangat jelas-jelas
tidak berpihak pada mereka yang mempunyai keingin masuk perguruan tinggi yang
sejak tahun-tahun sebelumnya menjadi idaman bagi para siswa. Dan tidak menutup
kemungkinan mereka yang tidak berkesempatan adalah mereka yang mempunyai
kecerdasan yang tinggi baik secara Kognitif, Afektif Dan Psikomotorik.
Dan atau tetap memberikan kouta yang luas untuk
ujian regular karena hal ini sangat membantu bagi mereka yang tidak masuk
perguruan tinggi pada tahun 2013. Dalam artian kouta untuk seleksi dua jalur
seperti SPAN-PTAIN & UM PTAIN kuotanya disedikitkan.
*adalah staf PK II STIA Sumenep, asal desa Longos.