SAATNYA
SEKOLAH SWASTA MENJUAL PENDIDIKAN
Fawaid Zaini*
Akhir-akhir
ini kita banyak jumpai benner penerimaan siswa baru yang menghias di pinggir jalan
raya, baik itu jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), madrasah Tsanawiya
(MTs), Madrasah Aliyah (MA) bahkan sampai kejenjang perguruan tinggi (swasta),
semuanya sama-sama mengeluarkan jurus ampu agar menarik perhatian masyarakat untuk
memilih sekolahnya.
Dari
begitu banyaknya benner tersebut penulis sempat berasumsi bahwa kini telah terjadi
kompetensi yang hebat antar lembaga pendidikan dalam hal merebut siswa baru sehingga
keungulan masing-masing lembaga ditampakan dan sulit sekali yang menunjukkan kekurangannya
atau jujur dengan kekurangan yang dipunyai. Dengan strategi tersebut di atas maka
penulis melihat ada indikasi jual_beli atau dengan kata lain pemasaran pendidikan
yang terjadi, ini sama halnya dengan penjualan barang di pasar yang mana antar penjual
sama-sama menunjukkan kelihayannya dalam menarik minat pembeli.
Istilah
pemasaran pendidikan mungkin terasa asing di telinga kita dan para pengelola lembaga
pendidikan sekolah karena dalam istilah itu terkesan danya anggapan bahwa
madrasah adalah usaha bisnis dagang. Tetapi, sebenarnya sudah banyak istilah dan
konsep bisnis yang telah masuk dan diterapkan kedunia pendidikan (seperti,
misalnya, 'manajemen', 'supervisi', cost-benefit analysis, dlsb.) (Arief
Furchan:2012).
Dalam
hal ini diperkuat dengan buku pengantar ekonomi yaitu sering disebutkan bahwa ada
dua hal yang diperjua-belikan: barang dan jasa (goods and services). Dan
ranah pendidikan adalah termasuk pada jual beli jasa.Yang juga sama dengan jual
beli barang oleh produksi durasi waktunya juga terbatas dalam artian hasil produknya
harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan produk yang sudah lama akan ditinggalkan
olehkon sumennya untuk mencari produk yang baru.
Pemasaran
pendidikan di era ini merupakan sebuah keharusan terkait dengna era yang sarat akan
kompetitif di berbagai ranah, sehingga lembaga pendidikan sekolah yang tidak bisa
menarik minat masyarakat maka siap-siap lembaganya gulung tikar walaupun ada peminatnya
kebanyakan diantara karena tidak diterima di sekolah-sekolah favorit. Sehingga konsekuensi
logisnya lembaganya ujuduhu kaadamihi.
Sehingga
muncul pertanyaan yaitu bagaimana dapat merebut konsumen (siswa baru)? Yang hal
ini merupakan momen yang tidak bisa kita sebagai pengelola pendidikan anggap remeh.
Sekolah
akan menjadi buruan konsumen ada beberapa hal penting yang harus di
realisasikan yaitu peningkatan:
1.
Manajemen
personalia pendidikan
Personalia dalam pendidikan adalah
pendidik dan tenaga kependidikan, mereka semua merupakan ujung tombak dalam
proses pembelajaran, karena proses pendidikan tidak akan berhasil dengan baik
jika pendidiknya kurang professional, peran pendidik dalam proses pembelajaran
yang mempunyai tempat yang sangat strategis bahkan jika boleh dikatakan
melebihi metode.
A.Malik Fadjar mengatakan “ Al-thariqah
ahammu min al-maddah walakinna al mudarris ahammu min thariqah”
artinya metode lebih penting dari pada materi, tetapi guru lebih penting dari
pada metode.
2.
Manajemen
kesiswaan pendidikan
Manajemen kesiswaan adalah
pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk
(bahkan sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan.(Mujamil
Qomar :2007)
Artinya bahwa sekolah tidak berhenti
pada proses penerimaan saja akan tetapi peserta didik diproses menjadi jasa
yang benar-benar dapat memuaskan masyarakat, tentu dalam hal ini dengan
diadakannya program-program yang meningkatkan minat dan bakat mereka, selain
proses pembelajaran yang wajib mereka realisasikan
3.
Manajemen
kurikulum pendidikan
Kurikulum jika penulis boleh
konotasikan adalah sebagai ruh dan sekolah sebagai jasadnya, sehingga di sini
perlunya realisasi kurikulum yang benar-benar sesuai dengan prinsip manajemen
kurikulum.
Prinsip
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan
kurikulum harus sangat diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi
pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi
yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh
tanggung jawab.
3. Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat
tercapai dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari
berbagai pihak yang terkait.
4. Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai
tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen
kurikulum dapat memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga,
biaya, dan waktu.
5. Mengarahkan pada pencapaian
visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan. (Kiswan:2012)
4.
Manajemen
keuangan pendidikan
Pada ranah keuangan tentunya menjadi
sorotan yang tidak kalah pentingnya dari manajemen yang lain, dalam kaitannya
dengan keuangan ini maka sekolah harus menciptakan transparasi keuangan dan
jauhi ketua yayasan dan kepala sekolah untuk memegang uang dengan kata lain
sentralisitik kekuasaan, serahkan masalah keuangan pada bendahara.
Dan yang perlu juga diperhatikan
yaitu komponen utama manajemen keuangan yaitu: budgeting (penganggran
belanja), implementation involves accounting (pelaksanaan penganggaran)
dan evaluation involves (proses
evaluasi terhadap pencapaian sasaran).(Mulyasa:2002).
5.
Manajemen
sarana prasarana pendidikan
Sarana prasarana dalam pendidikan
merupakan bagian yang tidak bisa dipadang sebelah mata, artinya bahwa sarana
prasana bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan.
Manajemen sarana prasarana bertugas
serta menjaga semua kekayaan sekolah agar dapat memberikan kontribusi terhadap
proses pendidikan secara optimal. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
perencanaan, pangadaan,pengawasan, penyimpanan,inventarisasi,penghapusan serta
penataan.( Mulyasa:2002)
Dan
komponen penyempurna lainnya adalah seperti meningkatkan:
1.
Manajemen
masyarakat pendidikan
2.
Manajemen
layanan
3.
Manajemen
mutu pendidikan
4.
Manajemen
perubahan pendidikan
5.
Manajemen
struktur pendidikan
6.
Manajemen
konflik pendidikan
7.
Manajemen
komunikasi pendidikan
Oleh
karena itu jika hal di atas dapat terealisasi dengan baik maka tidak perlu memasang
benner dimana-mana karena masyarakat sudah tahu dengan sendirinya tentang bagaimana
sekolah tersebut. Dan juga penulis berasumsi bahwa sekolah yang memasang benner
dengan keunggulan yang dipampang menunjukkan sekolah tersebut bukan sekolah
yang benar-benar unggul atau berkualitas.
Lihat
saja sekolah yang berkualitas atau unggul maka sedikit diantara mereka yang
banyak menyebar brosur dan memampang benner dijalan-jalan. Yang ada malah masyarakat
yang mencarinya dan bisa jadi akan datang untuk menanyakan proses pendaftaran.
Diakui
atau tidak masyarakat banyak yang tertipu dengan benner yang dipampang di
jalan-jalan. Mulai dari buruknya fasilitas,
sumber daya guru yang tidak sesuai, program sekolah yang carut marut, bahkan sampai
manajemen sekolah yang tidak jelas. Hal ini tentu saja akan membuat proses
belajar mengajar menjadi tidak kondusif dan membuat input peserta didik yang
bagus menjadi tidak optimal dalam proses pengembangannya. Kalau dipikir secara logika
bagaimana mau menghasilkan output yang bagus kalau dalam diri sekolah tersebut saja
masih banyak masalah.
Dan yang tidak
bisa juga ditinggalakan lembaga pendidikan sekolah adalah dituntut untuk
mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap perkembangan zaman atau kebutuhan
masyarakat. Karena pengguna jasa pendidikan sekolah adalah masyarakat sehingga
output yang dikeluarkan dapat memuaskan mereka.
Dibenarkan atau
tidak bahwa yang masyarakat lihat adalah lebih pada output dari lembaga
pendidikan sekolah tersebut.bukan pada berapa biaya pendidikannya, Sehingga
jika outputnya baik dan berkualitas maka masyarakat akan memburunya dan
memasukkan anak-anak mereka pada sekolah tersebut. Tidak peduli apakah harus
bayar atau tidak.
Longos, 14 Juni
2013
*Mahasiswa
Jurusan Manajemen Pendidikan semester delapan di STIA Beraji Sumenep. Asal desa
Longos Gapura. Sekarang mengabdikan diri di MA Al Karimiyyah dan Yayasan Taufiqurrahman
Longos.
Posting Komentar