Latest Movie :
Recent Movies

AGAMAKU NU PARTAIKU ISLAM ?



AGAMAKU NU PARTAIKU ISLAM ?
Fawaid Zaini*

Baru saja kita umat Nahdliyin kedatagan tahun baru hijriyah yang ke 1435 dan 10 Muharrom, yang kesemua itu merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari orang NU dalam hal ini mayoritas sama-sama menunggu gembira serta merayakannya dengan berbagai tradisi-tradisi setempat, dari istighasah bersama, pengajian umum, kajian atau diskusi ke Nu an, khotmil quran, pawai rebana.(Radar Madura 16 November 2013).


Kegitan seperti ini sarat terjadi di pedesaan pada khususnya dan perkotaan pada umumnya, pasalnya bagi mereka (orang desa) merayakan tahun baru hijriyah merupakan satu hal yang di anjurkan yang sehingga secara tidak langsung turun temurun pada menjaga tradisi tersebut.Seperti yang dilangsir koran Radar Madura, 15 November 2013,MWCNU kota Sumenep dalam rangka memperingati Tahun Baru Hijriyah menyantuni 140 anak yatim serta kegiatan ini menurut Dr. KR Taufiqurrahman Syakur, M.Ag “untuk mengikuti jejak para pendiri NU serta dijadikan momentum untuk menyebarluaskan ajaran Islam”.

Melihat realitas tersebut sungguh sangat membanggakan dan perlu apresiasi yang lebih, tapi disisi yang lain disalah satu desa (maaf penulis tidak sebutkan nama desanya), tempat penulis melepas penat dari setiap hari mengabdikan diri disebuah lembaga swasta, diselala-sela itu mengunjungi rumah keluarga di desa yang sangat terpencil sehingga tidak salah jika disebut desa tertinggal baik pada ranah Pendidikan maupun Ekonomi. Didesa ini ada penulis melihat  pemandang berdeba dari desa lainya dalam hubungannya pemahan antara NU dan Islam.

Disela-sela penulis menghabiskan satu hari liburan menyempatkan diri datang pada seorang tua yang kerjaan khas pedesaan yaitu ngaremo[1],  diluar dugaan orang tua tersebut menawarkan hasil laangnya[2] sambil memberi tahu bahwa dirinya kesiangan dalam menadah laang soalnya pada malam harinya ada perayaan tahun baru hijriyah di surau terdekat. Penulis sempat bertanya sambil meminum laang, “ e ka’dinto sering bada acara setiap I hijriyah?[3] Dengan tegas orang tersebut menjawabnya “ ya… edia kebiasaan pajat soalla jarea khan tradisi agama sengko’ ya rea agama NU[4],” mendengar pernyataannya penulis sangat terkejut soalnya ini kali pertama tahu bahwa Nahdlatul ulama atau yang disingkat NU ini dikenal oleh masyarakat merupakan organisasi keagamaan yang khususnya agama islam merupakan organisasi yang rahmatalil alamin serta dianggap sebagai pedoman bagi semua masyarakat Indonesia telah beralih fungsi menjadi agama.

Sekilas mungkin kita tidak akan percaya dengan kejadian ini akan tetapi ini merupakan kenyataan yang tidak bisa kita pandang sebelah mata pasalnya ini merupakan satu hal yang semestinya tidak terjadi, walau ini hanya kemungkinan satu atau dua orang dari masyarakat NU yang salah dalam memahami antara Islam dan NU,

Kesalahpamahan ini seharusnya tidak terjadi melihat umur NU sudah sangat tua jika kita hitung secara matematis yaitu 87 Tahun, Potret masyarakat desa itu sangat berbanding terbalik pada kenyataan mereka yang selalu melanksanakan kajian keNUan atau diskusi-disksi dengan kelompok kecil sementara di desa masih terlihat masyarakat yang kurang paham akan apa itu NU dan Islam.

Penulis berasumsi bahwa kesalahan ini bukan terletak pada masyarakat tua akan tetapi kurangnya sosialisasi atau pembumian akan NU di lingkungan desa tersebut,  soalnya mereka tahu NU dan Islam hanya lewat mulut ke mulut dan ceramah-ceramah waktu ada Kompolan atau tokoh masyarakat sekitar. Yang sehingga dengan keterbatasan pemahaman itu mengartikan bahwa NU adalah Agama sedangakn Islam adalah partai. Hal ini bermula dari adanya kepentingan-kepetingan partai politik para tokoh dalam memenangakan partai yang mereka geluti.

Untuk masyarakat pedesaan tertinggal yang kekurangan informasi dan pendidikan sangat gampang dipengaruhi yang sehingga jika sedikit saja memberikan pernyataan apalagi yang memberikan adalah tokoh masyarakrat mereka pada mengamini dan melaksanakan. Kita tahu bersama bahwa sekarang ini tidak sedikit orang yang berkepentingan dalam ranah partai politik tidak malu-malu mengatasnamakan agama, sehingga ada pernyataan yang menggila bahwa jika orang Islam harus memilih partai NU dan jika orang NU harus memilih partai Islam.

Dari sinilah awal menyelewengan persepsi pada masyarakat tua pada khusunya.Yang sehingga terus mengakar dan menjadi paradigma baru yaitu NU adalah Agama. Dan bisa jadi ini akan ditanamkan pada anak cucu mereka (yang tidak berpendidikan).



Realitas  inilah yang perlu kita kaji bersama mengapa dan kenapa sampai terjadi seperti ini di pedesaan terpencil, kita jangan terlalu sibuk diskusi-diskusi ke NU an dengan kelompok-kelompok kecil sedangakan mareka kita tinggalkan dalam gusaran paradigma yang salah.

*adalah Staf PK II Sekolah Tinggi Islam Al Karimiyyah Beraji Sumenep.Asal desa Longos kec. Gapura Kab. Sumenep.



[1]Menjepit manyang (bagian pohon air siwalan yang dapat mengeluarkan air)untuk di jadikan gula merah
[2] Air yang dihasilkan dari memotong mayang untuk dijadikan gula merah
[3]Disini sering ada kegiatan disetiap tahun baru hijriyah
[4]Ya disini sudah menjadi kebiasaan soallanya tradisi agama saya, saya ini mempunyai agama NU
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Fawaid Zaini Aisyah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger