BAB I
PENDAHULUAN
Baron dan Richarson
menegaskan bahwa perilaku agresif
merupakan bentuk perilaku yang bertujuan melukai atau menyakiti orang lain,
baik secara fisik maupun verbal.[1] Tawuran
anak sekolah merupakan contoh kasus yang menjadi
perhatian serius pada saat ini. Terutama di kalangan SMP, mereka masih
mengalami masa transisi antara masa kanak-kanak menginjak masa remaja awal.
Biasanya pada usia tersebut remaja masih mengalami tugas perkembangannya yang
sulit yaitu berhubungan dengan penyesuaian sosialnya. Sering terjadi perasaan
mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak karena tidak bisa
mengendalikan perasaannya. Tidak heran jika dalam proses pembelajaran di
sekolah SMP terdapat siswa yang memiliki perilaku agresif seperti memukul
teman, berkelahi, menghina teman, berbuat jahil, dan sebagainya.
Kemungkinan
tawuran antar siswa semakin bertambah jika siswa tersebut berasal dari keluarga
kriminal, pernah dilecehkan, anggota geng, menggunakan narkoba, dan sebagainya.[2]
Kaitannya dengan dunia pendidikan dalam menghadapi hal ini, penelitian ini akan
menggambarkan keadaan siswa di SMP Negeri 23 Banjarmasin.
A.
Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya
pendidikan merupakan upaya untuk membentuk manusia yang lebih berkualitas.
Kualitas manusia yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu pribadi
yang serasi, selaras, dan seimbang dalam aspek-aspek spiritual, moral, sosial,
intelekual, fisik, dan sebagainya.[3] Untuk
mencapai hal tersebut, tidak hanya dapat dilakukan melalui proses pembelajaran.
Akan tetapi, perlu adanya pendekatan lain seperti pendekatan Bimbingan dan
Konseling yang dilakukan diluar situasi proses pembelajaran.
Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Sebagaimana dijelaskan dalam
PP. No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah pada BAB X Pasal 27 Ayat 1 yang
dikutip dari Prayitno dalam bukunya Seri Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Buku
II Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).[4] Oleh
karena itu, bimbingan tidak hanya diberikan kepada siswa yang bermasalah saja,
akan tetapi setiap siswa mempunyai hak untuk mendapatkan bimbingan dari guru
bimbingan dan konseling. Sedangkan konseling ialah upaya pemberian bantuan oleh
konselor kepada klien (siswa) melalui hubungan timbal balik untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
sedang dihadapinya dan pada waktu yang akan datang.[5]
Jadi, Bimbingan dan
Konseling merupakan proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sitematis
dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka
atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli
sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri
sesuai dengan potensinya dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.[6]
Dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah ada beberapa jenis layanan yang digunakan,
yaitu: (1) Layanan Orientasi, (2) Layanan Informasi, (3) Layanan Penempatan dan
Penyaluran, (4) Layanan Penguasaan Konten, (5) Layanan Konseling Perorangan,
(6) Layanan Bimbingan Kelompok, (7) Layanan Konseling Kelompok, (8) Layanan
Konsultasi, (9) Layanan Mediasi.[7]
Beberapa jenis layanan
bimbingan dan konseling tersebut, harus dilaksanakan sesuai dengan
bidang-bidang layanan bimbingan dan konseling. Adapun bidang layanannya ialah:
(a) Bidang Bimbingan Pribadi; yaitu pemberian bantuan kepada siswa untuk
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. (b) Bidang
Bimbingan Sosial; yaitu pemberian bantuan kepada siswa untuk mengenal dan
berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur,
tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. (c) Bidang Bimbingan Belajar;
yaitu pemberian bantuan kepada siswa agar mampu mengembangkan diri, sikap, dan
kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta
menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. (d) Bidang
Bimbingan Karier; yaitu pemberian bantuan kepada siswa agar mampu merencanakan
dan mengembangkan potensi terhadap kariernya pada masa yang akan datang.[8]
Realita saat ini,
kecenderungan siswa terhadap perilaku agresif sudah semakin meningkat. Kita ketahui
bersama terjadinya tawuran antar siswa SMA 6 dengan siswa SMA 70 di Jakarta
pada hari Senin 24 September 2012.[9]
Sebenarnya tidak hanya sekedar tawuran saja yang termasuk dalam perilaku
agresif, banyak perilaku-perilaku lain yang sering terjadi pada siswa yang
menunjukkan perilaku agresif, baik itu disadari ataupun tidak. Misalnya siswa
yang sering mengejek, memukul, memaksa, mengintimidasi, dan sebagainya.
Perilaku agresif menurut
David O. Sars adalah setiap perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat
juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.[10] Baron
dan Richarson menegaskan bahwa perilaku
agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan melukai atau menyakiti orang
lain, baik secara fisik maupun verbal. Perilaku agresif fisik biasanya
ditunjukkan melalui perilaku menyerang orang lain (memukul, menampar,
menendang, dan sebagainya). Sedangkan perilaku agresif verbal ditunjukkan
melalui kata-kata seperti mengejek, berteriak, berkata kasar, dan sebagainya).[11]
Menurut penulis, perilaku
agresif verbal dapat mengakibatkan munculnya perasaan agresif sehingga siswa
mempunyai dorongan untuk berperilaku agresif fisik. Perasaan agresif yang
dimaksud adalah suatu keadaan internal seseorang yang tidak dapat diamati
secara langsung seperti marah, frustrasi, depresi dan sebagainya.[12]
Islam juga mengajarkan kepada kita bahwa
sebaik-baik keadaan adalah menjaga perkataan. Dan bicaralah mengenai sesuatu
yang diperbolehkan, yang sama sekali tidak berbahaya atasmu dan atas orang
muslim.[13]
Begitu juga Allah Swt menegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 2 :83
øøÎ)ur $tRõs{r& t,»sVÏB ûÓÍ_t/ @ÏäÂuó Î) w tbrßç7÷ès? wÎ) ©!$# Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $ZR$|¡ômÎ) Ïur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur ÈûüÅ6»|¡uKø9$#ur (#qä9qè%ur Ĩ$¨Y=Ï9 $YZó¡ãm (#qßJÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4q2¨9$# §NèO óOçFø©9uqs? wÎ) WxÎ=s% öNà6ZÏiB OçFRr&ur cqàÊÌ÷èB .[14]
Dijelaskan
juga dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ [رواه البخاري ومسلم][15]
Dari
ayat dan hadits di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
berinteraksi sosial, kita harus berkata baik kepada sesama makhluk Allah
terutama kepada manusia. Karena komunikasi yang kita sampaikan akan menentukan
terhadap respons yang kita harapkan.
Pencegahan
dan penanganan perilaku agresif yang terjadi pada siswa seharusnya segera
diatasi, baik yang berupa perilaku agresif verbal maupun fisik. Karena hal ini
akan merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Ketika hal ini dibiarkan begitu saja maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam hubungan sosialnya, sehingga orang lain atau
teman-temannya akan cenderung untuk menjauhinya.
Begitu
banyak usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi perilaku agresif, seperti
pemberian hukuman atau pembalasan. Akan tetapi usaha ini tidak efektif
dilakukan karena hukuman atau pembalasan sering menimbulkan rasa marah yang
kemudian menyebabkan orang/siswa cenderung untuk melakukan agresif balik.[16]
Melihat
pada perkembangan zaman sekarang ini, langkah apa yang seharusnya dilakukan
oleh para pendidik terutama guru bimbingan dan konseling agar perilaku agresif
ini bisa berkurang sedikit demi-sedikit. Karena kemungkinan besar di berbagai
sekolah akan menemui perilaku agresif yang dilakukan oleh siswa-siswanya itu. Seperti
dari hasil wawancara yang pernah penulis lakukan di SMPN 23 Banjarmasin yang
melibatkan guru bimbingan dan konseling beliau mengatakan bahwa di sekolah
tersebut sering juga terjadi perkelahian antar siswanya dan juga siswanya
mengatakan bahwa awal perkelahian tersebut terkadang terjadi karena berawal
dari saling mengejek.[17]
Mayoritas
siswa di sekolah tersebut adalah dari anak-anak di sekitar sekolah itu. Daerahtersebut
termasuk daerah yang lokasi rumahnya sangat berdempetan antara yang satu dengan
yang lain atau dengan kata lain lokasinya sempit. Hal itu memungkinkan dapat
berpengaruh pula terhadap terjadinya perilaku agresif karena kemungkinan mereka
merasa kurang nyaman sehingga perasaannya itu terbawa ke sekolah.
Dari
uraian di atas, penulis mempunyai dorongan dan ketertarikan untuk melakukan
penelitian di SMPN 23 Banjarmasin karena ingin mengetahui bagaimana guru
bimbingan dan konseling menghadapi masalah ini. Oleh karena itu penulis
mengangkat suatu judul penelitian ”UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENGURANGI PERILAKU AGRESIF SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN)
23 BANJARMASIN ”.
B.
Fokus
Penelitian
Dari
latar belakang di atas, maka penulis dapat membuat rumusan masalah atau fokus
penelitian sebagai berikut:
1)
Bagaimana perilaku agresif
siswa pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 23 Banjarmasin ?
2)
Apa saja penyebab perilaku agresif
siswa pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 23 Banjarmasin ?
3)
Bagaimana Upaya guru Bimbingan
dan Konseling dalam mengurangi perilaku agresif siswa pada Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 23 Banjarmasin ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan yang penulis inginkan adalah:
1)
Mengetahui perilaku agresif
siswa pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 23 Banjarmasin.
2)
Mengetahui penyebabperilaku agresif
siswa pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 23 Banjarmasin
3)
Mengetahui upaya guru
Bimbingan dan Konseling dalam mengurangi perilaku agresif siswa pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 23 Banjarmasin
D.
Kegunaan
Penelitian
a.
Kegunaan
secara Teoritis
Secara
teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
signifikan bagi semua pihak, khususnya pada pihak-pihak yang berkompeten dengan
permasalahan yang diangkat serta dapat memperkaya khazanah dan wawasan
keilmuan.
b.
Kegunaan
secara Praktis
Secara
praktis diharapkan penelitian ini berguna bagi :
1. Lembaga Sekolah.
Dapat memberi kontribusi sebagai bahan pengembangan Bimbingan dan Konseling
serta dapat dijadikan sebagai sarana terhadap peningkatan kualitas Bimbingan
dan Konseling di sekolah.
2. Pembimbing
(Konselor). Sebagai rujukan bagi pembimbing (konselor) di SLTP/MTs sederajat dalam
mencegah dan menangani perilaku agresif siswa.
3. Sebagai bahan
pengembangan dalam penulisan karya tulis ilmiah dan untuk mengembangkan
pengetahuan di bidang Bimbingan dan Konseling Islam.
E. Definisi
Operasional
Dalam penelitian ini,
penulis akan menjelaskan secara rinci tentang wilayah penelitian dan definisi
operasional yang akan diteliti, agar dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai posisi penelitian ini, sehingga langkah dan tujuan dari penelitian ini
lebih terfokuskan.
Definisi operasional
dalam penelitian ini meliputi :
a) Upaya Guru Bimbingan dan Konseling
Upaya dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ialah usaha; akal; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb).[18] Upaya guru Bimbingan dan Konseling yang
penulis maksudkan adalah segala usaha yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan
Konseling untuk mencapai suatu maksud yaitu mengurangi perilaku agresif siswa
yang sering terjadi di sekolah seperti tawuran antar pelajar.
b)
Mengurangi
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengurangi adalah mengambil (memotong) sebagian; menjadikan berkurang;
merugikan; menjadikan kurang.[19] Mengurangi
yang penulis maksud adalah berkurangnya perilaku agresif yang semula sering
terjadi sehingga siswa bisa menempatkan luapan emosinya secara baik.
c)
Perilaku Agresif
Perilaku ialah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.[20]
Agresif ialah bersifat
atau bernafsu menyerang; Psi cenderung (ingin) menyerang sesuatu yang
dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghadapi, menghalangi,
atau menghambat.[21]
Jadi, perilaku agresif ialah
tanggapan atau reaksi seseorang yang
bersifat menyerang kepada orang lain atau benda sehingga dapat menyakiti orang
lain, baik secara fisik maupun psikis. Perilaku agresif yang penulis maksudkan
ialah perilaku siswa yang bersifat menyerang, menyakiti terhadapa orang lain
atau benda sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap dirinya sendiri
ataupun terhadap temannya serta orang-orang di sekitarnya. Seperti perilaku
siswa yang sering tawuran atau berkelahi dengan sesama temannya.
F. Sistematika
Penulisan
Penelitian ini penulis
susun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan,
yang berisi (a) latar belakang masalah, (b) fokus penelitian, (c) tujuan
penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) definisi operasional dan (f) sistematika
penulisan.
Bab II berisi tinjauan
teoritis meliputi (a) pengertian perilaku agresif,
(b) perspektif teoritis mengenai agresi, (c) penyebab perilaku agresif, (d) upaya mengurangi perilaku agresif
(b) perspektif teoritis mengenai agresi, (c) penyebab perilaku agresif, (d) upaya mengurangi perilaku agresif
Bab III berisi metode
penelitian, yang terdiri dari (a) jenis dan pendekatan penelitian, (b) data dan
sumber data, (c) teknik pengumpulan data,
(d) teknik pengolahan data, (e) analisis data, dan (f) prosedur penelitian.
(d) teknik pengolahan data, (e) analisis data, dan (f) prosedur penelitian.
Bab IV adalah laporan
hasil penelitian, yang meliputi a) gambaran umum lokasi penelitian, b)
penyajian data, dan c) analisis data.
Bab V adalah penutup,
yang berisi a) simpulan dan b) saran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) yaitu salah
satu metode pengumpulan
data dalam
penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian lapangan biasa dilakukan
untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks. Penelitian
lapangan biasa diadakan di luar ruangan.[1] Penganalisisan
data pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif
serta mengambil kesimpulan menggunakan metode induktif.
B.
Data dan
Sumber Data
1.
Data
Data
yang digali dalam
penulisan ini terdiri dari dua klasifikasi, yaitu:
a)
Data pokok, meliputi data
tentang (1) gambaran perilaku agresif siswa pada SMPN 23 Banjarmasin, (2) penyebab
perilaku agresif pada SMPN 23 Banjarmasin, dan (3) upaya yang dilakukan oleh
guru Bimbingan dan Konseling dalam mengurangi perilaku agresif siswa pada SMPN
23 Banjarmasin.
b) Data pelengkap,
ialah data yang berkenaan dengan gambaran umum lokasi penelitian, yang
meliputi:
1)
Sejarah singkat berdirinya SMPN 23 Banjarmasin
2)
Visi dan Misi SMPN 23 Banjarmasin
3)
Identitas SMPN 23 Banjarmasin
4)
Keadaan guru BK dan susunan personalia organisasi SMPN
23 Banjarmasin.
2.
Sumber Data
Untuk memperoleh data tersebut penulis mendapatkannya
dari sumber-sumber berikut:
a.
Responden adalah orang yang
memberikan informasi secara langsung, yaitu guru Bimbingan dan Konseling dan siswa SMPN 23 Banjarmasin.
b.
Informan adalah orang yang
memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap, Kepala Sekolah, wali kelas,
guru Mata Pelajaran, dan tenaga kependidikan lain di SMPN 23 Banjarmasin.
C.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulandata ini sangat
penting dalam suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Dalam
penelitian kualitatif,pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting,
sumber, dan cara. Dilihat dari settingnya, data dikumpulkan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), jika dilihat dari sumber datanya, data
dikumpulkan dengan menggunakan sumber data primer. Dan jika dilihat dari
segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data lebih
banyak menggunakan observasi partisipatif (participant observation), wawancaramendalam
(in depthinterriview) dan dokumentasi.
Catherine Marshal,
Grettch B, Rossman sebagaimana yang dikutip oleh Sugiono(dalam bukunya
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
2010) menyatakan bahwa“the fundamental methods relied on by qualitative
researchers for gathering information are, participation in the setting, direct
observation, in-depth interviewing, document review”.[2]
Maka
dari itu, peneliti berusaha
menggali data dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu
pengamatan dan pencatatan secara sitematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian, baik yang dilakukan pada saat berlangsungnya peristiwa atau
tidak pada saat berlangsungnya peristiwa.[3]
Misalnya peristiwa itu diamati melalui film, rangkaian slide, atau photo
mengenai perilaku agresif siswa pada SMPN 23 Banjarmasin.
2. Interview
(wawancara), yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.
Interview dilakukan dengan cara kontak langsung atau tatap muka antara pencari
informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee).[4]
Wawancara yang dimaksud ditujukan untuk memperoleh informasi tentang usaha guru
Bimbingan dan Konseling dalam mengurangi perilaku agresif siswa pada SMPN 23
Banjarmasin.
3. Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara (inteview)
dalam penelitian kualitatif [5]
meliputi: sejarah singkat berdirinya sekolah, kepala sekolah, keadaan guru,
staf tata usaha, daftar siswa asuh, struktur organisasi Bimbingan dan
Konseling, program semester dan program tahunan penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling, dan silabus Bimbingan dan Konseling.
D. Matriks
MATRIKS
No.
|
Fokus Penelitian
|
Sumber Data
|
Alat Pengumpulan Data
|
1.
|
Bagaimana perilaku agresif siswa
pada SMPN 23 Banjarmasin
|
1.
Guru Bimbingan dan Konseling
2.
Wali kelas
3.
Guru Mata Pelajaran
4.
Tenaga Kependidikan lainnya
|
1.
Interview (wawancara)
2.
Observasi
3.
dokumen
|
2.
|
Apa saja penyebab perilaku
agresif siswa pada SMPN 23 Banjarmasin
|
1.
Guru Bimbingan dan Konseling
2.
Siswa
3.
Guru Mata Pelajaran
|
1.
Interview (wawancara)
|
3.
|
Bagaimana upaya guru
Bimbingan dan Konseling dalam mengurangi perilaku agresif siswa pada SMPN 23
Banjarmasin
|
1.
Guru Bimbingan dan Konseling
|
1.
Interview (wawancara)
|
E. Teknik
Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Teknik
Pengolahan Data
Sebelum
penulis mengadakan analisis data yang terkumpul, penulis melakukan pengolahan
data dengan cara ssebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah data yang diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik
dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang
diperoleh bila diperlukan.
b.
Display Data
Display data adalah
untuk melihat
gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian itu, harus
diusahakan membuat matrik. Dengan
demikian peneliti dapat mengusai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan
detail.
c.
Mengambil
Kesimpulan dan Verifekasi
Peneliti
berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya. Untuk itu ia mencari
pola, thema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan
sebagainya. Jadi dari data yang
diperolehnya, ia sejak mulanya mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula
masih sangat tentative, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data,
maka kesimpulan itu lebih “ grounded”. Jadi kesimpulan senantiasa harus
diverifekasi selama penelitian berlangsung. Verifekasi dapat singkat dengan
mencari data baru.[6]
2. Analisis Data
Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasi
data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih, mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.[7]
Dalam menganalis
data yang peneliti peroleh dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket
penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu
mendeskripsikan kejadian atau keadaan yang sebenarnya dlm bentuk kalimat atau
uraian. Seanjutnya menarik kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan metode
induktif yaitu pengambilan simpulan umum dari hal-hal yang bersifat khusus.
F. Prosedur
Penelitian
Dalam
penelitian ini ada beberapa tahapan prosedur penelitian yang penulis lakukan,
yaitu:
1) Tahap Pendahuluan
a. Penjajakan
kelokasi penelitian
b. Membuat desain
proposal
c. Mengajukan
desain proposal skripsi kepada dosen pembimbing Akademik untuk diadakan koreksi
d. Mengajukan
desain proposal skripsi dan memohon persetujuan judul.
2) Tahap Persiapan
a. Seminar Proposal
Skripsi
b. Membuat
instrumen pengumpulan data
c. Memohon surat
perintah riset kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin.
d. Menyampaikan
surat perintah riset kepada pihak yang bersangkutan.
3) Tahap
Pelaksanaan
a. menghubungi
responden dan informan untuk menggali data sesuai dengan teknik yang telah
ditetapkan;
b. Mengumpulkan
data dan mengolah data;
c. Menganalisis
data;
d. Menuangkan hasil
penelitian kedalam sebuah skripsi sambil berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
4) Tahap Pelaporan
a. menyusun data ke
dalam pelaporan sambil berkonsultasi dengan dosen pembimbing;
b. mengadakan
perbaikan naskah sesuai saran dan koreksi pembimbing;
c. memperbanyak
naskah yang sudah disetujui;
d. mengajukan
naskah untuk dimunaqasyahkan.
[2]Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
cet. ke-11, h. 308-309
[3] S. Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997),
cet. pertama, h. 158-159
cet. pertama, h. 158-159
[4]
Amirul Hadi, H. Haryono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 135
[5]
Sugiono, Op.cit., h. 329
[6] Nasution,
Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif,
(Bandung: Tarsito, 2003), h.129-130
[7]
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung
Alfabeta, 2011) , h. 24
[1]
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi
Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 212
[2]
Shelley E. Taylor, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana, 2009), h.
516
[3] Tohirin,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 5
[4] Prayitno,
et al., Seri Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Buku II Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), (Padang: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, 1997),
h. 6
[5] Dewa
Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000), h. 21
[6]
Tohirin, Op.cit., h. 26
[7]Ibid., h. 141-195
[8] Dewa
Ketut Sukardi, Op.cit., h. 38-41
[9] http://ciricara.com/2012/09/25/kronologi-tawuran-siswa-sma-6-sma-70/
[11]Syamsul
Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan
Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 212-213
[13]Imam Al-Ghazali, Bahaya Lisan dan Cara Mengatasinya, (Surabaya: TigaDua, 2004),
h. 25
h. 25
[14]
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya,
(Surabaya: Duta Ilmu), h. 15
[15]
Muhammad Thalib, Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi, (Yogyakarta: Media
Hidayah, 2001), h. 83
[16]David O. Sears, et al., Op.cit., h. 20
[17]Hasil observasi pada tanggal 14 Maret
2013 di SMPN 23 Banjarmasin
[18] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005 ), h. 995
[19] Ibid,
h. 478
[20] Ibid,
h. 859
[21] Ibid.,
h. 13